Semua ada musimnya, ada musim panas, semi, gugur, bahkan musim dingin. Ada saatnya kapan harus menanam, dan ada pula saatnya kapan harus menuai. begitu pula di pasar saham, ada saat-saat tertentu pasar saham stagnan, ada pula saat-saat pasar saham ramai. Kita sebagai investor saham wajib tau musimnya. Kali ini kita akan belajar musim-musim di pasar saham. Utamanya pasar saham lokal Indonesia ya. Musim ini sebenarnya adalah sebuah pola berulang yang terjadi selama bertahun-tahun. Dari pola ini, bisa kita amati sehingga kita bisa punya keputusan kapan harus masuk ataupun keluar market tepat pada musimnya. Ada musim apa aja? Simak berikut.

Musim yang pertama, sell in may and go away. Jual di bulan Mei dan lupakan. Itu adalah pepatah investasi kuno, yang menuruti kepercayaan tradisional kalau saham menunjukkan kinerja yang lebih lemah kalau musim panas. Dari Mei hingga Oktober. Dan kinerja yang lebih kuat, di musim dingin. Dari November hingga April. Singkatnya, ini adalah strategi para trader ataupun investor saham yang menjual sahamnya di bulan Mei dan kembali membeli saham pada bulan November. Tujuannya adalah untuk menghindari periode Mei hingga Oktober yang konon katanya biasanya ga terlalu banyak mengalami kenaikan yang signifikan. Suatu saham stagnan ataupun tidak mengalami kenaikan, di satu sisi yang lain, sebaiknya kita juga bisa membeli emiten saham favorit kita dengan harga terdiskon.
Jadi ini kembali lagi tergantung dari tipe investasi kita ya. Untuk temen-temen investor jangka menengah dan panjang, bisa ambil di saat-saat ini. Agar kita bisa take provit di musim yang selanjutnya. Boleh dibilang kalau petani ini masa menanam.

Musim yang kedua, window dressing. Window dressing adalah strategi untuk mempercantik portofolio investasi yang dilakukan perusahaan maupun manager investasi. Mereka biasanya mempercantik laporan keuangan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya. Tujuannya tentu saja untuk memberikan kita para investor menanamkan investasi dan harga saham perusahaannya bisa meningkat. Window dressing biasanya terjadi menjelang tutup buku ataupun pada saat akhir tahun. Bisa juga pada saat perusahaan memberikan laporan keuangan. Boleh dibilang juga ini merupakan kondisi anomali yang ada di pasar modal yang terjadi di setiap akhir tahun. Fenomena ini di respon dengan kenaikan harga saham di bursa.

Contohnya di bursa efek Indonesia, fenomena ini udah terlihat sejak akhir September 2021. IHSG naik dari angka 6.100 menjadi 6.600 di pertengahan Oktober 2021. Hal yang sama juga terjadi di tahun 2020. IHSG dari angka 4900 an di awal Oktober, menjadi 6100 di pertengahan Desember. Begitupula di tahun-tahun seperti di tahun 2017, 2018 dan 2019. Meskipun di tahun 2019 kenaikannya ga begitu signifikan. Jangan lupa untuk selalu melihat analisa fundamental, laporan keuangan dan analisa teknikal sebelum kita melakukan investasi.

Musim yang ketiga adalah Santa Claus rally. Apa hubungannya nih antara santa claus dan harga saham? Apa santa claus bagi-bagi saham? Bukan ya, santa claus rally merupakan fenomena yang menggambarkan kenaikan di pasar saham. Pada minggu-minggu terakhir di bulan Desember, hingga 2 hari perdagangan pertama di bulan Januari. Istilah ini di dapatkan dari bursa saham Amerika yang lebih mengenal santa claus di bulan Desember ataupun di hari raya Natal. Di bursa Amerika investor saham biasanya menanti santa claus rally. Atau peningkatan harga-harga saham menjelang dan sesudah hari Natal. Jadi sekitar 2 minggu terakhir sebelum tutup tahun.
Ada saham-saham tertentu nih di Indonesia yang mengikuti musim ini dengan konsisten misalkan BCA, apalagi kalau menurut saya nih setelah stock split bisa di akses oleh lebih banyak masyarakat. Dan saya sendiri cukup optimis dengan BCA. Ada juga Unilever, Mandiri, Astra, Telkom dan masih banyak lagi.

Musim yang keempat adalah January Effect. Ini adalah sebuah pola di pasar modal ketika harga saham cenderung mengalami kenaikan di minggu-minggu pertama awal tahun. January effect pertama kali di amati sekitar tahun 1942 oleh seorang bankir yang bernama Sidney. Ia mencatat bahwa sejak tahun 1925 terjadi peningkatan harga saham di bulan Januari. Nah sepanjang 10 tahun terakhir, setidaknya IHSG hanya 3x gagal mencetak kinerja positif di awal bulan. Yaitu di Januari 2011, Januari 2017, dan Januari 2020.

Semoga dari penjelasan musim-musim di saham lokal, bisa memberikan wawasan yang jauh lebih baik tentang pasar modal ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.