Apa kamu ada rencana untuk resign? Ataukah kamu sudah resign kemudian membangun usaha? Jadi gimana dengan dunia usaha? Boleh dibilang 90% mantan karyawan yang menjadi wirausaha berujung kepada kegagalan. Dan 90% orang balik ke kunci lama menjadi karyawan lagi. Karena habisnya modal atau ga kuat dengan tekanan yang dialami pada saat menjadi wirausaha. Nah disini saya akan menjawab pertanyaan klasik mengapa banyak mantan karyawan gagal menjadi pengusaha. Padahal saat menjadi karyawan terhitung sebagai karyawan yang berprestasi. Dan mungkin punya jabatan tinggi.
Alasan yang pertama adalah beda skillset. Tentu saja keberhasilan kita saat menjadi karyawan ga menjamin kesuksesan kita pada saat kita menjadi wirausaha. Karena ini adalah 2 profesi yang jauh berbeda. Dan 2 profesi ini membutuhkan skillset yang berbeda-beda. Saat menjadi karyawan, kita adalah bagian dari sebuah sistem. Saat kita menjadi wirausaha, kita adalah pencipta sistem. Kita yang membuat sistemnya agar operasional usaha kita dapat berjalan dengan lancar. Kalian masih ingat cashflow quadrant? Quadrant yang diajarkan oleh Robert Kyosaki. Robert Kyosaki kan membagi quadrant ini menjadi 4 bagian. Menjadi 4 huruf. E S B dan I.
Dan masing-masing huruf ini mewakili populasi masing-masing orang. Mewakili dengan metode apa orang-orang ini mengahsilkan uang. Dan setiap huruf masing-masing mewakili penghunu quadrant.
Misalkan quadrant E mewakili employee atau karyawan. Quadrant S mewakili self employee. Quadrant B mewakili Bussiness. Quadrat I mewakili investor. Baik mindset maupun skillset diperlukan untuk bisa berhasil di masing-masing quadrant itu jauh berbeda. Setiap quadrant punya skillset nya masing-masing. Makanya sukses di salah satu quadrant ga menjamin kita bisa menjadi sukses juga di quadrant lainnya. Apalagi kalau kita tiba-tiba lompat dari quadrant E ke quadrant B. Nah kira-kira skill apa sih yang ga dimiliki oleh para mantan karyawan ini? Ada skill untuk mendapatkan modal dari pihak lain tanpa hutang. Kalau hutang, ada skill untuk mendapatkan hutang dengan bunga rendah. Skill untuk mengelola manajemen keuangan perusahaan. Skill untuk memahami perpajakan di bisnis yang di kelola. Skill untuk memahami aspek legal dari sebuah bisnis. Skill untuk merekrut orang terbaik dan mempertahankannya.
Kemudian skill untuk memanage sebuah tim, skill untuk mendelegasikan pekerjaan, skill untuk membuat sistem, skill untuk membuat model bisnis, skill untuk negosiasi, skill untuk mendapatkan supplier termurah, skill untuk memimpin orang lain, skill untuk menciptakan produk, skill untuk memasarkan produk, skill untuk mengasah kemampuan orang lain, dll. Nah dari alasan yang pertama ini saja kita sudah paham ya mengapa ada banyak sekali karyawan yang berhasil di quadrant E kemudian ketika mereka menjadi wirausaha malah boncos.
Alasan yang kedua adalah beda mindset. Tadi kan kita sudah berbicara tentang skillset. Ada skill yang berbeda kalau kita mau menjadi karyawan yang berhasil dan pengusaha yang berhasil. Dan ternyata ga hanya skill tapi mindset nya juga berbeda. Untuk memahami tentang hal ini Kita harus belajar dari Michael E Gerber yaitu penulis buku E Myth. Di dalam e myth kita belajar ada 3 personality yang berbeda yang hidup di dalam kita. Jadi intinya kita adalah manusia 3 in 1.
3 personality itu adalah kita sebagai entrepreneur, kita sebagai manager, dan kita sebagai technician. Dan untuk bisa berhasil menjadi wirausaha yang sukses, kita harus mempunyai 3 personality itu dengan seimbang. Menjadi entrepreneur artinya menjadi visionary, menjadi inovator, punya bayangan yang lebih baik akan kehidupan di masa depan.
Mindset entrepreneur ini ideal untuk menentukan visi perusahaan ke depannya. Kemudian menjadi manager artinya menjadi organizer. Menyelesaikan masalah yang ada, membuat struktur, membuat sistem bisnis, dan menjaga operasional juga keutuhan bisnis. Sampai visi dan misinya tercapai. Kemudian menjadi technician artinya menjadi eksekutor. Menjadi teknisi artinya kita mempunyai technalize skill yang diperlukan agar sebuah usaha bisa menjadi berhasil. Pengusaha yang berhasil adalah pengusaha yang bisa menggabungkan 3 personality ini sekaligus dengan seimbang. Nah tapi sayangnya, seringnya para karyawan yang membuka usaha itu lebih menonjol di salah satu sisi personality. Yaitu sisi personality technician.
Saya akan memberikan beberapa contoh. Misal pandai membuat kopi. Belum tentu dapat menjadi pengusaha kedai kopi yang sukses. Pandai memasak, belum tentu dapat menjadi pengusaha resto yang sukses. Pandai memperbaiki mobil, belum tentu dapat menjadi pengusaha bengkel yang sukses. Kelemahan seorang technician adalah merasa dapat melakukan semuanya sendiri. Merasa dapat mengerjakan lebih baik sendirian. Akhirnya bisnisnya tergantung pada dirinya sendiri. Alih-alih menjadi bos atas bisnisnya, bisnisnya malah menjadi bos atas dirinya. Dan ini adalah model bisnis yang ga seasonable, yang ga bisa bertahan lama, mengapa? Karena energi dan waktu kita terbatas. Yang kedua, keahlian kita terbatas. Yang ketiga karena kelelahan dan stress berat.
Dan 80% bisnis kecil, UMKM, dimiliki oleh para technician. Para mantan karyawan yang merasa dapat mengerjakan semuanya sendiri lebih baik. Kemudian membuka bisnisnya sendiri. Sayangnya 80% nya gagal di 5 tahun yang pertama. Dan mereka yang sukses di 5 tahun pertama, gagal juga di 5 tahun yang kedua. Sebelum kita mengubah cari berpikir kita, cara mindset kita, mengubah mindset technician kita, kita ga akan pernah bisa berhasil dalam bisnis apapun. Kita ga akan pernah bisa jadi bos di bisnis apapun. Karena bisnis kita adalah bos kita. Misal membuka dan menutup toko sendiri. Melayani customer sendiri, memesan barang sendiri, mengirim barang sendiri, menata barang sendiri, follow up sendiri, memproduksi sendiri, karena mental technician kita menguasai kita. Jadi kita harus bisa menjadi balance diantara 3 personality itu.
Karena tanpa mindset seorang entrepreneur kita ga akan pernah bisa menjadi inovator,, tanpa punya mindset manager, bisnis kita akan kacau balau. Tanpa mindset seorang technician, kita ga akan pernah memulai dan hanya menunda-nunda. Karena technician ini adalah exit taker. Mereka adalah eksekutor. Nah kalau kita ada lebih banyak di sisi personality technician, mulai kembangkan mindset entrepreneur, dan mindset manager kita. Caranya bagaimana? Caranya adalah banyak-banyak mempunyai teman yang sudah berhasil dalam bidang bisnis. Ikut komunitas dan banyak membaca buku.
Alasan yang ketiga adalah motivasi yang salah. Jadi motivasi para mantan karyawan yang kemudian membuka bisnisnya sendiri seringnya adalah : ga suka dengan bos, benci diperintah, ingin santai-santai, ingin jadi kaya, tapi sayangnya saat menjadi wirausaha lebih banyak bos yang harus dilayani. Kalau kita masih punya mindset technician yang lebih dominan, bisnis kita malah menjadi bos kita. Dan sayangnya menjadi pengusaha yang hanya ongkang ongkang kaki itu hanya mitos. Dan seringnya pengusaha apalagi awal-awal usaha, awal-awal pembukaan sebuah bisnis, mereka akan meluangkan waktunya jauh lebih banyak dibandingkan para karyawan. Bahkan mungkin bisa 2-3 x lipatnya.
Kalau ingin menjadi kaya ya menjadi pengusaha bukan satu-satunya jalan ya. Gaji pilot, karyawan, dll mungkin lebih tinggi dibandingkan 80% penghasilan pengusaha. Malah ada orang yang mengeluh, setelah menjadi pengusaha, ko istilahnya malah boncos. Keuangannya kacau balau, dan bisnisnya merugi. Akhirnya ia bekerja lagi menjadi karyawan. Jadi karyawan sih ga usah pusing. Ga usah pusing minggu depan kita harus menggunakan uang apa untuk membayar karyawan. Ga usah pusing menggunakan uang apa untuk membayar supplier kita yang tagihannya sudah jatuh tempo. Jadi kalau motivasinya salah, waktu masuk ke dunia usaha ya kaget. Ternyata ga semudah cocotnya para motivator di dunia bisnis.
Jadi kalian yang memutuskan untuk menjadi wirausaha, mau resign, kalian harus siap mental ya.
Alasan yang keempat adalah beda mental. Kalau kamu mau jadi pengusaha sukses, kamu harus punya mental baja. Yaitu tetap optimis, percaya diri, dan ga mudah gentar dalam menghadapi apapun. Karena menjadi pengusaha itu ibarat menjadi kapten atas bisnis kita. Bahkan kapten atas hidup orang-orang. Menjadi kapten artinya ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya dan keluarganya di atas kapal kita. Jadi apa sih beda mental karyawan dan pengusaha. Seorang pengusaha rela tidak dibayar. Seorang karyawan menuntut gaji. Seorang pengusaha menyediakan fasilitas. Seorang karyawan menuntut fasilitas. Seorang pengusaha berani mengambil resiko. Seorang karyawan mencari jalan aman. Seorang pengusaha menciptakan inovasi. Seorang karyawan pengguna inovasi. Seorang pengusaha bekerja tidak berdasarkan job desk, seorang karyawan bekerja sebatas job desk. Seorang pengusaha menciptakan anak tangga. Seorang karyawan menaiki anak tangga. Seorang pengusaha memotivasi orang lain, seorang karyawan perlu dimotivasi oleh orang lain. Seorang pengusaha mempunyai mimpi sendiri, seorang karyawan mengerjakan mimpi orang lain. Seorang pengusaha yang gagal yang kapalnya karam, menciptakan kapal lainnya. Seorang karyawan yang gagal menjadi pengusaha, mencari kapal milik orang lain.
Sekarang kita sudah tau mengapa bisnis gagal dari sisi kita sendiri. Dari sisi manusianya.