Dibaca sampai habis ya agar mendapat pemahaman yang lengkap.
Pasar saham merupakan satu instrumen investasi yang cukup beresiko. Apalagi dengan ketidaktahuan pelaku pasar. Seorang profesional saja sering kita jumpai melakukan kesalahan. Apalagi dengan para newbie yang masih polos. Tak peduli sebanyak apapun gelar anda, ataupun sebutan ilmu yang dimiliki, di pasar modal hanya terdapat 2 pilihan yaitu profit atau loss.
Jika profit anda hebat, jika loss anda masih harus belajar. Itu saja.
Disini kita akan belajar tentang beberapa kesalahan yang biasa dilakukan oleh newbie. Sebenernya bukan newbie saja sih karena semua pelaku pasar berpotensi melakukan kesalahan yang sama.
Setidaknya pembahasan ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
Point 1 tidak tahu apa yang dibeli.
Berapa banyak dari anda yang membeli saham hanya berdasarkan rekomendasi? Melihat postingan di medsos tentang saham apa yang besok akan naik. Ironisnya, saat anda ingin membeli bukannya untung malah buntung. Saham yang diharapkan naik malah turun signifikan. Ada yang hanya ikutt-ikutan pada akhirnya menjadi stress karena tidak paham dengan saham tersebut. Tidak membaca laporan keuangan ataupun tidak menganalisa secara teknikal. Ingat, there is no free lunch. Jika anda mendapatkan rekomendasi secara cuma-cuma, bisa saja nanti anda mendapatkan kerugian di market. Setiap pelaku pasar punya biaya belajarnya masing-masing. Yang membedakannya berapa banyak biaya belajar yang harus anda tanggung? Jangan sampai terlalu banyak ditarik uang oleh market. Dan pada akhirnya anda pensiun dari saham. Saya selalu menekankan bahwa anda harus menganalisa sebelum membeli. Tidak perduli apakah dari laporan keu. jika anda seorang fundamental. Ataupun dari chart jika anda seorang teknikal. Intinya anda harus punya alasan kenapa membeli saham tersebut. Dan punya juga strategi cadangan jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan.
Point 2 beli saham di harga pucuk.
Inilah alasan kenapa seorang fundamental harus mengetahui cara evaluasi harga saham. Ini juga yang menjadi alasan kenapa seorang teknikal harus mengetahui analisa teknikal suatu saham. Tidak peduli apapun metode yang anda gunakan, jangan sampai membeli saham di pucuk. Hal ini sebenarnya disebabkan karena takut ketinggalan kereta. Saat membeli saham yang awalnya uptrend tiba-tiba mengalami kenaikan yang signifikan. Apalagi ditambah bumbu-bumbu analis yang mengatakan harga akan terus naik. Alhasil anda yang masih polos ini menjadi takut harga akan semakin naik, sehingga memutuskan untuk membeli. Dan seperti dugaan, benar harga bukan terus naik tapi malah kembali turun. Andapun mengubah status menjadi investor jangka panjang dan mengumandangkan kalimat in fundamental i trust. Wkwkwkwkwk.
Benarkah karena fundamentalnya? Atau jangan-jangan anda tidak mau rugi saja.
Point 3 profit sedikit langsung dijual.
Point ini biasanya dihuni oleh mereka yang pernah mengalami nyangkut cukup panjang. Sehingga pada saat sahanya rebound, dan menghasilkan sedikit profit, langsung dijual. Karena dikiranya nanti bisa beli lagi jika harga turun. Kenyataannya, harga bukan turun tapi terus naik. Jangankan menunggu beli lebih murah, yang ada gigit jari karena ketinggalan kereta. Saham yang tadinya merah, dijual saat balik modal. Setelah dijual malah tambah naik dan tidak turun lagi ke harga saat nyangkut. Alhasil dana investasi anda menjadi nganggur dan tidak pernah membeli saham lagi. Apakah anda pernah merasakan fenomena ini?
Point 4 saham rugi di hold terus.
Ini merupakan kebalikan dari point sebelumnya. Dimana anda tidak mau mengalami kerugian di saham sehingga terus memegang saham yang rugi. Jika harga pembelian anda sudah tepat dan terjadi koreksi wajar itu tidak masalah. Tapi kenyataannya banyak mereka yang salah entry di harga yang tidak tepat. Namun terus memegang saham tersebut. Alhasil kerugian yang sebenarnya kecil menjadi lebih besar. Jika anda memegang saham yang rugi selama 1 tahun, masih cukup wajar. Tapi jika saham tersebut terus rugi selama 5 tahun,, masih bisakah anda mengatakan in fundamental i trust? Banyak yang mencari pembenaran. Mari kita melihat warren buffet atau lo kheng hong , dengan melihat 1 saham sebagai contoh. Namun mereka tidak mengetahui berapa besar persentase rugi saham tersebut terhadap total portofolionya. Bisa saja penurunan harga di saham A, hanya setitik debu dari keuntungan di saham yang lain.
Point ke 5 beli saham sekaligus atau all in.
Kasus ini biasanya disebabkan karena pemula yang serakah terhadap suatu saham. Ingin mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu singkat. Mereka cenderung menggunakan keseluruhan dana yang dimiliki, agar profit yang dihasilkan menjadi besar. Nyatanya lebih banyak yang nyangkut dibanding profit. Ditambah lagi karena sudah tidak memiliki dana mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Jika floating loss hanya sekitar 10% masih tidak menjadi masalah. Namun apabila sudah diatas 50% percayalah bahwa tidur malam anda tidak akan nyenyak. Apalagi jika dana yang diinvestasikan cukup besar. Dan anda tidak siap dengan situasi tersebut. Lebih ngenes lagi jika menggunakan margin atau pinjaman. Seketika itu juga anda akan mengalami mimpi buruk di dunia persahaman. Ini menjadi alasan kenapa money management sangat penting di pasar modal. Sekalipun punya metode analisa yang baik tanpa money management kemungkinan besar anda akan rugi. Coba saja amati beberapa orang di komunitas yang membeli saham dengan metode all in. Anda akan menemukan kasus dimana orang yang profit 10x namun langsung bangkrut ketika dihajar loss 1x saja. Jadi sudah tau kan kenapa all in sangat tidak disarankan?
Point ke 6 fundamentalnya bagus.
Saya sering menemukan pemula yang salah menafsirkan arti fundamental suatu saham. Ada yang hanya lihat rasio keuangan, terus bilang fundamentalnya bagus. Ada yang hanya lihat laba rugi terus bilang layak dibeli nih. Ada juga yang hanya lihat PER PBV terus bilang sahamnya murah. Nyatanya fundamental tidak semudah itu ferguso. Jika anda mengatakan fundamental, itu artinya anda sedang melihat hal-hal dasar dari suatu perusahaan. Memang rasio, laba rugi dan valuasi merupakan komponen dari fundamental. Namun itu hanya sebagian saja. Bukan merupakan keseluruhan. Pernahkah anda melihat rasio keuangan perusahaan xxxx yang di delisting berapa tahun lalu? Saya tidak ingin menyebutkan nama perusahaannya tapi perusahaan itu mempunyai rasio keuangan yang cukup menarik. Bahkan sempat direkomendasikan oleh ahli persahaman. Jika melihat sekilas anda tentu akan mengatakan itu perusahaan yang layak untuk dibeli dan pastinya berfundamental baik. Tapi bagaimana nasib si pemegang sahamnya sekarang? Hanya bisa gigit jari. Ada juga beberapa saham yang dikatakan murah, tetapi kenyataannya menjadi murahan. Harga saham yang sudah murah, menjadi lebih murah lagi. Dan tidak naik-naik sampai sekarang. Ingat saham yang murah tidak akan ada artinya jika ia tidak kembali naik.
Point ke 7 hold selamanya.
Tujuan kita untuk mencari profit kan? Bukan mengkoleksi saham-saham murah tapi harganya terus menurun. Hal ini juga sering terjadi mispersepsi di kalangan pelaku pasar. Khususnya mereka yang mengatakan diri sebagai seorang investor. Apakah investor itu harus memegang saham sampai selamanya? Memang ada beberapa saham yang dapat kita perlakukan seperti itu. Tentu selama fundamentalnya baik-baik saja. Tapi nyatanya lebih banyak saham yang anda pegang dalam jangka panjang, bukannya profit tapi rugi. Anda tentu bisa mengambil beberapa contoh. Saham bluechip yang tidak memberikan keuntungan signifikan dalam jangka waktu 4 tahun ke belakang. Bahkan harga sahamnya di tahun 2020 lebih rendah dibanding 4 tahun sebelumnya. Apakah kondisi seperti ini yang dinamakan investor mengkoleksi floating loss di portofolio dalam jangka panjang?
Semoga beberapa point diatas menjadi pengingat bagi kita semua bahwa pasar modal sangat fluktuatif. Janganlah kita melakukan kesalahan yang sebenarnya dapat dihindari. Karena masih banyak kesalahan lain yang lebih berkualitas untuk dipelajari. Jadilah pelaku pasar yang terus berkembang dari tahun ke tahun, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama setiap tahunnya. Tetap semangat ya.
Background vector created by freepik – www.freepik.com