Keseimbangan antara mengumpulkan kekayaan dan menikmati kekayaan tersebut menjadi sebuah pengalaman yang berharga.

Coba kamu bayangkan, ketika kamu meninggal kamu sudah melakukan segalanya berdasarkan referensi masyarakat. Kamu bekerja keras, menabung, dan bersiap menuju kebebasan keuangan ketika pensiun. Namun satu hal yang hilang yaitu adalah hidupmu sendiri.

Bagaimana kalau kita mencari keseimbangan antara mengumpulkan kekayaan dan menikmati kekayaan?
Mungkin kebanyakan orang fokus berhemat dan hidup sederhana sekali. Agar punya tabungan yang banyak, punya banyak warisan dan sebagainya.

Namun dengan hidup seperti ini, orang tersebut kehilangan waktu untuk menciptakan pengalaman yang berharga. Pergi ke tempat yang baru, menikmati pengalaman hidup dsb.

Pengejaran kekayaan yang tiada ujung.
Kenapa sih kita harus punya banyak uang? Apa tujuan kamu mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya? Biasanya orang menjawab agar hidupnya bahagia.
Namun ketika kamu sibuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, apakah kamu sambil menikmati uang tersebut?
Ingat, uang baru bisa bermakna ketika dibelanjakan. Ketika uang tidak dibelanjakan, uang itu hanyalah secarik kertas saja.

Perlu kita sadari, hidup tidak melulu soal bagaimana cara kekayaan, tapi juga soal bagaimana kita bisa memperkaya hidup yang kita jalani sekarang. Saya juga paham, kita tentu saja perlu untuk bertahan hidup. Tapi apakah hidup hanya soal itu? Kita tentu saja ingin hidup yang lebih kan? Kita butuh untuk menikmatinya untuk benar-benar merasa hidup.

Sayangnya ketika usia kita bertambah, kesehatan kita cenderung menurun dan akhirnya kita meninggal. Inilah yang jarang kita sadari. Misalkan kamu punya mimpi untuk keliling dunia. Namun mimpi ini harus terus ditunda karena kamu sibuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Kamu berharap ketika pensiun, maka kamu punya banyak waktu untuk mewujudkannya. Realitanya, ketika kamu sudah berusia 65 tahun, kesehatan kamu tidak lagi sesehat ketika usia 20 atau 30-an. Alhasil tentu saja ini mempengaruhi kamu untuk bisa menikmati pengalaman tersebut.

Coba luangkan waktu sejenak dan tanyakan kepada dirimu sendiri. Bagaimana saya bisa memanfaatkan waktu saya yang terbatas di dunia ini sebaik-baiknya? Pertanyaan ini mungkin terdengar filosofis. Namun bisa saja mengubah cara pandang kamu ketika melihat uang. Cuma perlu diingat, menunda kesenangan memang penting. Tak ada yang meragukan hal tersebut. Namun ketika kamu menunda terlalu lama, justru hal ini menjadi kontraproduktif.

Contohnya seperti ini, jika kamu menunggu usia pensiun baru menikmati hidup, kamu sudah kehilangan semua waktu yang berharga. Banyak orang melupakan hal ini. Mereka menghabiskan jam-jam hidupnya, untuk mengumpulkan uang tanpa henti. Maka ketika mereka meninggal tanpa menikmati uang tersebut, sama saja mereka telah membuang jam hidupnya yang berharga.

Coba bayangkan ketika kamu meninggal, kamu meninggalkan tabungan 1M. Maka ada 1M yang seharusnya bisa ditukar menjadi sebuah pengalaman yang berharga. Pertanyaannya sekarang seperti ini: apakah ini hidup yang kamu inginkan? Ingat tidak ada orang yang sedang mendekati kematiannya dan menyesal karena tidak menghabiskan waktu lebih banyak lagi untuk bekerja.

Uang untuk membeli pengalaman.
Mungkin beberapa orang tidak sependapat dengan ini: We have to die with zero.
Kita perlu membelanjakan uang yang kita miliki untuk membeli pengalaman berharga, merawat keluarga, dan meninggalkan warisan. Perlu dipahami, kita jangan melihat dunia ini seperti hitam dan putih.

Contohnya seperti ini : Berarti kita harus menikmati uang yang kita punya sekarang dong, ga usah nabung. Atau malah berpikir yang lebih ekstrim lagi. Kalau harus menabung sebanyak-banyaknya, mati setelah tua.

Bagaimana kalau kita melihatnya ke tengah, berusaha seimbang dari 2 hal tersebut. Di satu sisi kita tidak perlu menunda liburan ke luar negri yang kamu impikan. Tapi di sisi lain, kamu juga tidak perlu menghabiskan seluruh tabunganmu untuk mewujudkannya. Ada sebuah analogi yang menarik. Hidup merupakan gabungan dari pengalaman. Semua pengalaman ini tersimpan di memori masing-masing setiap manusia.

Jika kamu mengingat sebuah pengalaman berharga di masa lalu, maka kamu ibaratnya sedang menghidupkan kembali momen tersebut. Mungkin saja itu soal liburan ke eropa. Atau momen ketika kamu naik jabatan. Momen berharga itu membentuk siapa orang tersebut. Itulah sebabnya ketika kamu masih muda, gunakanlah uang yang kamu miliki untuk membeli pengalaman. Jadi ketika kamu tua, kesehatanmu menurun, itulah waktunya kamu mengingat semua pengalaman berharga dan menghidupkan kembali momen tersebut.

Inilah yang seharusnya menjadi perspektif kita dalam melihat hidup kalau kita sebenarnya punya waktu yang terbatas. Jadi sebelum kamu menghabiskan waktu untuk apapun, coba tanyakan kepada dirimu sendiri. Apakah hal ini sepadan dengan waktu yang saya habiskan? Apakah saya akan menyesalinya di masa depan? Ingat ya, kita akan selalu bisa mengembangkan kekayaan. Tapi kita tidak akan pernah bisa mengembalikan waktu yang pernah hilang.

Menikmati hidup dengan seimbang.
Tiga hal dasar yang diperlukan seseorang untuk menikmati hidupnya.
Kesehatan, waktu luang dan uang.
Sayangnya ketiga hal ini seringkali tidak seimbang.
Di fase hidup tertentu, salah satu hal bisa saja lebih besar daripada yang lain.

Misalnya begini, ketika kamu di usia 20 an, kesehatan dan waktu luangmu lebih banyak, tapi uangmu masih sedikit. Namun ketika usiamu bertambah misalkan menjadi 30 atau 40 an, uangmu banyak tapi kesehatan dan waktu luangmu menurun. Untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya, cobalah seimbangkan ketiga hal ini dalam hidup. Jangan tukar masa muda dengan pengejaran kekayaan hingga kamu tidak bisa menikmati hasil keringatmu sendiri.

Ada sebuah pertanyaan yang menarik. Kapan kamu harus berhenti mengejar kekayaan?
Pertanyaan ini penting agar kamu tidak terjebak ke dalam pengejaran yang tiada henti. Kadang kita lupa, sumber daya terbatas di dunia ini bukanlah uang tapi waktu. Setiap orang punya waktu yang sama. Namun bagaimana kita menggunakannya, akan memberikan hasil yang berbeda.