Bitcoin hadir sebagai alternatif mata uang ketika uang kertas tidak lagi bernilai. Sistem keuangan membuat dunia bisa maju seperti sekarang. Tanpa sistem ini, kita mungkin saja masih terjebak dalam sistem barter. Uang baru bisa berharga ketika semua orang menerima dan percaya pada nilai uang tersebut. Pada tahun 1900 an banyak negara mulai mengadopsi sistem mata uang yang didukung oleh emas. Namun setelah perang dunia pertama, sistem ini ditinggalkan dan banyak negara mulai mencetak uang dalam jumlah yang banyak untuk membiayai perang. Hasilnya adalah yang kita alami sekarang, banyak terjadi krisis ekonomi.
Kini Bitcoin hadir sebagai alternatif sistem keuangan yang punya karakter seperti emas : jumlah yang terbatas, dan sulit untuk ditiru.
Sejarah perkembangan uang.
Bagaimana sistem ekonomi sebelum ditemukannya uang? Sederhana, kamu menukar barang atau lebih dikenal sebagai barter. Sistem ini boleh dibilang sebagai direct exchange atau pertukaran langsung. Kamu bisa menukar 5 ekor ayam dengan 1 ekor sapi atau dengan jasa potong rambut. Semua tergantung pada apa yang kamu miliki dan tetangga kamu butuhkan. Berlaku juga sebaliknya, namun sistem ini punya masalahnya sendiri. Kadang, apa yang kamu miliki, tidak sesuai dengan apa yang tetanggamu butuhkan. Jika sudah begitu, maka tidak akan terjadi transaksi ekonomi.
Kemudian muncul uang, sesuatu yang diinginkan oleh setiap orang. Ini yang disebut sebagai indirect exchange atau pertukaran tidak langsung. Uang pada jaman dulu tidak seperti sekarang. Ada contoh menarik dari penduduk pulau YAP di Negara Federasi Mikronesia. Pada abad ke 19 mereka menggunakan uang yang disebut sebagai rai stone untuk perdagangan. Batu ini datang dalam berbagai bentuk dan ukuran. Sebagai gambaran, ukuran terbesar bisa mencapai berat 4 ton. Ketika batu baru sudah siap, batu itu lalu diseret ke atas bukit sehingga semua orang yang tinggal di pulau bisa melihatnya. Pemiliknya kemudian akan menukar kepemilikan atau sebagian kepemilikan batu untuk barang dan jasa. Setiap transaksi lalu diumumkan ke seluruh warga pulau yang akhirnya mengakui pertukaran tersebut. Sistem ini berlangsung dalam waktu yang lama dan berjalan cukup baik. Masyarakat pulau Yap tau kalau rai stone bisa menjadi alat tukar dan juga bisa digunakan sesuai kebutuhan.
Misalnya, jika kamu mau sekeranjang buah, maka kamu bisa menjual sebagian kecil dari Rai stone. Atau jika kamu menginginkan sesuatu yang lebih besar seperti rakit, kamu bisa menjual potongan yang lebih besar atau bahkan seluruh rai stone. Nilai dari sebuah rai stone juga cenderung stabil. Karena biaya untuk menggali dan memindahkan batu besar dari pulau terdekat, sangat sulit dengan teknologi jaman dulu. Sehingga jumlahnya dijaga dalam pasokan yang terbatas. Hingga pada suatu hari, seorang kapten Irlandia Amerika bernama David O’keefe terdampar di pulau tersebut. David menggunakan teknologi modern untuk mengimpor rai stone dalam jumlah yang besar agar bisa ditukar dengan kelapa. Lama kelamaan nilai rai stone menjadi semakin rendah. Hingga akhirnya setara dengan batu biasa.
Sejarah uang mulai melakukan terobosan ketika manusia berhasil menemukan teknologi metalurgi. Teknologi ini mampu menciptakan uang dalam bentuk koin yang mudah dibawa. Dalam perjalanannya berbagai jenis material sudah dicoba hingga akhirnya emas yang dipilih. Ada beberapa alasan, pertama, emas boleh dibilang hampir sulit dihancurkan dan tidak bisa dibuat dari material lain. Kedua, jika kamu ingin emas, maka kamu harus menggali, semakin dalam kamu menggali, maka kamu akan menemukan emas dalam jumlah yang lebih banyak. Jumlahnya yang terbatas membuat emas memiliki nilai yang tinggi.
Seiring perkembangan jaman, membawa emas dalam jumlah banyak menjadi tidak efisien. Manusia butuh cara baru untuk bertransaksi. Hingga pada tahun 1717 ilmuan Issac Newton memperkenalkan gold standard, artinya Inggris akan mengeluarkan uang dalam bentuk kertas namun nilainya setara dengan emas yang disimpan di dalam bank. Pada tahun 1900 sistem ini diikuti oleh 50 negara lainnya.
Namun, perang mengubah segalanya.
Para pemerintah di Eropa mulai merasakan dilema dengan sistem gold standard pada perang dunia pertama pada tahun 1914. Perang butuh biaya yang besar dan pemerintah butuh banyak uang untuk mendanainya. Ada 2 cara, pertama pemerintah bisa saja menaikan pajak dengan signifikan. Namun tentu saja hal ini tidak populer dan mengancam stabilitas politik. Kedua, pemerintah bisa mencetak uang dalam jumlah banyak tanpa harus menambahkan jumlah emas. Cara kedua lalu diambil oleh banyak pemerintah Eropa untuk membiayai perang tersebut selama 4 tahun. Dampaknya, nilai mata uang mereka turun drastis. Sebagai gambaran, mata uang Austria Hungaria jatuh 68,9% dibandingkan mata uang Swiss yang masih menggunakan gold standard, karena memutuskan untuk menjadi negara netral dan tidak ikut berperang.
Peristiwa ini ibaratnya nasi sudah jadi bubur. Pemerintah tidak bisa kembali lagi ke sistem gold standard dan akhirnya berubah menjadi fiat money. Mata uang keluaran pemerintah yang tidak lagi di dukung oleh komoditas fisik seperti emas ataupun perak. Pada tahun 1944 setelah perang dunia ke 2, para pemenang perang lalu merumuskan ide kalau mata uang dunia akan bergantung kepada mata uang Amerika dengan nilai tukar yang tetap. Nilai dolar Amerika kemudian akan bergantung pada nilai dari emas. Tidak lama kemudian, sistem ini kemudian ditinggalkan. Pada tahun 1971 Amerika Serikat mengumumkan dollar Amerika tidak lagi dapat ditukar dengan emas. Sejak saat itu, nilai mata uang ditentukan dari transaksi mata uang negara besar di dunia.
Bitcoin sebagai alternatif. Setelah puluhan tahun, ekonomi naik turun dan tidak stabil. Seorang anonim atau sebuah grup yang dikenal dengan nama Satoshi Nakamoto memperkenalkan Bitcoin pasca krisis ekonomi tahun 2008. Sistemnya boleh dibilang menyerupai gold standard namun versi digital. Bitcoin memiliki jumlah yang terbatas, hanya 21 juta bitcoin saja. Setelah nilai tersebut dicapai, maka tidak akan ada bitcoin lagi. Seperti hal nya emas, bitcoin juga ditambang. Untuk mendapatkan koin, maka komputer di dalam jaringan koin harus menyelesaikan sebuah permasalahan matematika yang rumit. Setiap 210 ribu blok bitcoin yang ditambang, atau sekitar 4 tahun, jumlah bitcoin sebagai hadiah atas penambangan tersebut dipotong menjadi stengah.
Bitcoin menggunakan teknologi blockchain. Masih ingat contoh dari rai stone? Cara kerja bitcoin mirip seperti itu. Kepemilikan bitcoin baru valid ketika semua orang yang ada di dalam jaringan itu menyetujuinya. Sama halnya ketika penduduk dari pulau Yap mengumumkan kalau rai stone miliknya dijual kepada pihak lain. Sistem ini tidak memerlukan verifikasi dari lembaga resmi. Tapi sulit untuk melakukan kecurangan. Karena si penipu harus meyakinkan setiap orang dalam jaringan yang tentunya cukup mustahil. Walaupun bitcoin kelihatannya punya peluang yang baik, namun saat ini sistem tersebut masih mengalami banyak tantangan. Harganya masih belum stabil, dan fluktuasinya sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan. Namun menurut ahlinya, ketika bitcoin semakin dewasa maka hal ini akan membaik seiring waktu. Tantangan lainnya tentu dari pemerintah. Bitcoin bisa menjadi bernilai apabila bisa menjadi alat tukar. Namun apabila penggunaan bitcoin banyak dilarang, maka hal ini tentu saja akan membuatnya sulit berkembang.
Uang hadir dalam berbagai bentuk. Kini bitcoin hadir sebagai alternatif pembayaran untuk dunia digital walaupun masih banyak mengalami tantangan.