Bukan skill tingkat dewa atau keringat bercucuran. Itu mungkin cukup untuk membuat super kaya tapi tidak cukup untuk membuat seseorang menjadi billionaire. Jika ingin menjadi billionaire, kapital adalah kartu asnya. Tidak adil memang, tapi begitulah cara seorang billionaire dilahirkan. Catat dan dengarkan ini baik-baik :
“semakin kaya seseorang, semakin kecil uang yang datang dari hasil kerjanya dan semakin banyak yg datang dari capital yang ia miliki.”
Pada kesempatan kali ini, saya akan menunjukkan bagaimana billionaire dihasilkan. Bukan dari skill dan dan keterampilan, melainkan dari capital yang mereka miliki. Kita akan belajar bagaimana cara untuk mengakumulasi kekayaan dan mengikuti pola yang dilakukan oleh para billionaire itu. Kemudian menerapkannya dalam perencanaan keuangan dan investasi yg kita miliki.
Mari kita mulai.
Siapa yg tidak kenal Michael Jordan? Meski sudah pensiun lama, faktanya ia adalah atlet paling tajir sedunia. Tapi jika kamu berpikir kekayaan yg ia miliki berasal dari skill permainan basketnya yang aduhai, maka kamu salah. Michael Jordan memang jago banget bermain basket. Tapi selama 13 musim ia bermain basket, total gajinya hanya US$94 juta. Cukup untuk membuatnya jadi milionaire. Namun masih jauh untuk menjadikannya seorang billionaire. Nyatanya kekayaan Michael Jordan saat ini menurut forbes adalah US$1,6 milyar. Lebih dari 15x lipat dari total seluruh gajinya. Lalu bagaimana ia dapat memiliki kekayaan sebanyak itu?
Jawabannya dari endorsement yg kemudian ia investasikan. Pada 2006, Jordan mulai berinvestasi dalam jumlah kecil di saham klub NBA, Charlotte Hornets. Lalu di tahun 2010, Jordan meningkatkan kepemilikan atas klub tersebut lebih dari 90% senilai US$175juta. 4 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2014, ia resmi jadi billionaire saat saham hornets meroket hingga US$1,5milyar. Demikianlah Michael Jordan menjadi millionaire dari skillnya, tapi baru jadi billionaire melalui capital yg ia miliki.
Hal yg sama juga terjadi di tempat lain. Menurutmu siapa selebriti paling kaya sedunia? Jawabannya Oprah Winfrey. Tapi hanya dengan cuap-cuap di tv, dan memandu acara dengan sangat baik, itu tidak cukup untuk menjadikannya seorang billionaire. Kekayaannya berasal dari kepemilikan saham dan reinvestasi untuk seluruh acara yg ia buat dan ciptakan, yaitu The Oprah Winfrey Show. The Oprah Winfrey Network dan The Oprah Magazine. Selain itu, ia juga membeli saham weightwatchers US$43juta, yang dalam 5 tahun tumbuh hampir 10x lipat nilainya menjadi lebih dari US$400juta. Oprah Winfrey menjadi millionaire dari skillnya. Tapi baru menjadi billionaire dari capital yg ia miliki.
Hal yg sama juga terjadi di berbagai profesi yg lain. Lalu apa pelajaran yg bisa kita ambil dari kisah-kisah itu? Bahwa ternyata seseorang tidak dapat menjadi billionaire dengan hanya memiliki skill. Meski itu yg terbaik di dunia. Billionaire dilahirkan dari capital yaitu uang yg kita miliki, menghasilkan uang untuk kita. Uang menghasilkan uang. Ownership membentuk kekayaan. Maka skill, pekerjaan, karir, bahkan bisnis tidak akan cukup untuk menjadikan kita seorang billionaire. Tapi kita memang tidak harus menjadi billionaire. Buat apa kan? Kita makan nasi bungkus, esteh manis, tambah gorengan aja, sudah happy banget.
Hal positif yg dapat kita tiru dari bagaimana seorang billionaire dilahirkan, adalah tentang mengubah mindset kita mengenai kekayaan dan cara untuk menerapkannya. Sehingga kita dapat menjadi orang yg lebih kaya dari hari ini. Untuk dapat berguna bagi keluarga, orang-orang dekat, dan lebih banyak lagi orang. Berikut adalah 2 hal yg dapat kita contoh dari para billionaire.
Tingkatkan skill dan tingkatkan income.
Mulailah dari umur yg sangat muda. Itu adalah kuncinya. Semakin banyak jam terbang, maka semakin mahir pula kita dalam menghasilkan uang. Selain itu, kita harus senantiasa belajar dan berinvestasi pada pengetahuan. Skill, kemampuan yg mendukung apa yg sedang kita lakukan. Jika kamu bekerja, lakukan lebih. Sebab jika yg kamu lakukan hanyalah sesuai dengan job descriptionmu, sehebat apapun kamu, itu tidaklah istimewa. Karena kamu memang dibayar untuk itu. Melakukan lebih dapat membuatmu lebih menonjol sekaligus melatih dirimu menjadi lebih produktif dan gesit. Intinya adalah penuhi kebutuhan hidup dari usaha atau pekerjaan yg kamu miliki dan sisakan sebanyak mungkin untuk berinvestasi. Jika investasimu masih sedikit, berarti pengeluaranmu yg terlalu besar, atau income mu yg terlalu sedikit.
Mulai berinvestasi.
Setiap billionaire telah mulai berinvestasi pada usia yg sangat muda. Sebab teman terbaik dari setiap investor adalah waktu. Bukan sebulan dua bulan. Setahun dua tahun. Melainkan belasan hingga puluhan tahun. Dan untuk menjadi seorang investor, kita tak perlu sehebat Michael Jordan, atau sefenomenal Mark Zukerberg. Bahkan pegawai bank seperti Lo Kheng Hong pun bisa jadi investor yg luar biasa hebat. Dari top 400 orang terkaya versi forbes, hampir seluruhnya adalah pemilik saham dari perusahaan-perusahaan yg mereka miliki. Atau investor hebat yg menaruh uangnya pada perusaahn-perusahaan hebat yg bukan miliknya. Dari Jeff Bezos hingga Peter Thiel. Dari sekitar 2300 bilionaire yg ada di seluruh dunia, lebih dari US$50milyar capital yg mereka miliki diinvestasikan di saham-saham perusahaan publik. Itulah yg dilakukan oleh para billionaire. Meningkatkan kekayaan dengan memiliki saham perusahaan-perusahaan hebat. Dimana uang mencetak lebih banyak uang.
Itulah yg dapat dan harus kita lakukan. Maka mulailah membeli saham sedini mungkin. Kumpulkan setiap bulan. Akumulasi setiap tahun. Dan panen hasilnya di masa depan. Biarkan uang bekerja untuk kita.