Untuk pemula sih ga perlu profit banyak-banyak di depan. Tetapi yang paling penting adalah terhindar dari resiko terlebih dahulu. Karena kita ini punya mimpi yang kelewat gede di pasar saham. Maunya deposit sedikit, 1 juta aja misalkan tapi pengen bisa profit ratusan persen dalam waktu yang sangat singkat. Padahal Warren Buffet saja hanya bisa mendapatkan kira-kira 23% per tahun. Tapi kalau kalian pengen bisa menjadi seperti Lo Kheng Hong atau bahkan mungkin Warren Buffet kalian bisa mengikuti tips ini.

Yang pertama, start early.
Tips terbaik untuk memulai berinvestasi di pasar saham adalah dengan mulai lebih awal. Contohnya, Budi sejak usia 25 tahun disiplin menginvestasikan 2 juta per bulan dengan asumsi pertumbuhan 15% per tahun, pada usia 65 tahun portofolio Budi bertumbuh menjadi 62.800.000.000 kurang lebih. Sementara temen yang lain Asep mulai pada usia 35 tahun. Pada usia 65 tahun, portofolio Asep bertumbuh menjadi 14 miliar. Sementara temen yang lain Bambang baru mulai investasi pada usia 45 tahun. Pada usia 65 tahun, portofolionya bertumbuh menjadi 3 miliar. Wow banget kan. Nah dari cerita ini bisa melihat perbedaan antara Budi, Asep dan Bambang. Bedanya bener-bener jauh banget kan.

Yang kedua, snowball effect.
Tadi kan kalian sudah dengar ya cerita tentang Budi, Asep dan Bambang. Dimana mereka sudah disiplin berinvestasi. Ya rata-rata sih kita mendengar kabar baik dari mereka, meskipun Asep dan Bambang ini bisa dikatakan agak sedikit terlambat. Tapi toh portofolionya bisa bertumbuh juga. Dan mereka bisa pensiun dengan hasil investasinya. Tapi ada temen ke 4 nih namanya adalah si Kiko. Dia ini investasi saham juga. Dia berinvestasi mulai dari umur 25 tahun. Tapi Kiko malah berakhir boncos. Kenapa ya, Kiko malah berakhir boncos? Karena si Kiko ga disiplin. Waktu profit malah uangnya ditarik dan digunakan untuk hedon. Hasilnya ya portofolionya ga bisa bertumbuh. Karena waktu profit, ditarik hedon lagi. Begitu terus. Saya mau cerita tentang Warren Buffet. Sebelum kaya seperti sekarang, dia adalah manajer investasi boleh dibilang dia adalah stock broker. Dia memberikan syarat bagi orang-orang yang mau menitipkan uang mereka kepada dia.

Syaratnya yang pertama adalah harus percaya 100% kepada Warren Buffet. Syarat yang kedua adalah tidak boleh panik meskipun sahamnya sedang turun/ambles. Syarat yang ketiga adalah tidak boleh menarik modal dalam keadaan apapun. Syarat yang keempat adalah profitnya tidak boleh ditarik tapi digunakan kembali untuk reinvestasi. 4 hal ini yang membuat Warren Buffet dan rekan-rekan investornya menjadi ultra kaya. Kalau investasi kalian di pasar saham mau bertumbuh, kalian harus mengerti tentang snowball effect. Snowball effect ini memang baru terlihat di masa depan. Kalian tidak akan melihat hasil dari snowball effect dalam waktu yang pendek. Dan saya yakin godaan kalian untuk cash out pasti sangat besar. Tapi kalian harus ingat ini, kapanpun kalian cash out, kalian mengambil profit kalian, artinya kita sedang memperlambat snowball effect kita. Dari yang awalnya sudah agak besar, menjadi kecil lagi, menjadi harus mulai dari awal lagi. Siapa yang sering begini? Hehehe ngaku di kolom komentar ya.

Yang ketiga, dollar cost averaging.
Inti dari dollar cost averaging, maksud mudahnya adalah konsistensi. Yaitu menabung secara rutin. Menabung secara rutin pada saham yang mempunya value yang baik. Kelihatannya mudah ya, tapi untuk bisa konsisten, apalagi di saat pasar saham sedang turun, itu ga gampang gais. Padahal in the long run, kamu yang menggunakan strategi ini akan menjadi pemenang.

Yang keempat, jangan FOMO.
Seperti contoh cerita di atas, Budi, Asep dan Bambang sepakat ga ikut-ikutan investasi orang lain. Karena memang belakangan kan sangat trend banget nih strategi ikut-ikutan. Ikut yang katanya pasar saham, ikut influencer, ikut ini ikut itu. Mereka yang biasanya FOMO ini hanya ingin cepet untung tapi ga mau melakukan tugasnya sebagai investor. Nah si Kiko tadi meskipun dia juga investasi saham, tapi masih sering boncos, karena Kiko masih sering beli saham karena ikut-ikutan kata orang. Kalau kita beli saham karena pompom atau kata influencer ya kita harus siap dengan resikonya. Karena kita kan gatau itu strategi atau bukan. Atau mungkin kita tertarik karena ada beberapa orang yang sering memposting profitnya di pasar saham. Aduh kalian ini mau profit berapa sih? 10%? 20%? 70%? 1000%? Saya bikinin deh di photoshop cuma 3 menit. Gampang banget bikinnya. Padahal kalau harga saham udah naik dan kita baru beli ya kita tinggal boncosnya aja. Karena kita jadi korban investor sebelumnya yang mau taking profit. Kalian harus pakai critical thinking. Apa sih keuntungan mereka, ko mau memberikan rekomendasi saham. Masuk akal ga sih.

Yang kelima, diversify.
Diversifikasi adalah sebuah tips dalam meracik portofolio kita, dengan menempatkan dana di berbagai sektor saham. Salah satunya adalah dengan menyebar di beberapa sektor. Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko. Prinsipnya adalah jangan taruh semua uangmu dalam 1 investasi. Karena seringkali kan kita ga bisa memprediksi satu sektor ini ada dalam keadaan yang uptrend terus atau dalam kondisi yang prima. Setiap sektor pasti ada naik dan turunnya. Di masa krisis besar sekalipun, ada beberapa sektor yang malah ga turun tapi justru mengalami peningkatan. Memang mungkin kita bisa sedikit banyak memprediksikan kapan krisis akan terjadi, karena memang ada polanya. Tapi kita ga bisa memprediksi sektor mana yang akan naik ataupun turun.

Karena setiap krisis itu berbeda-beda. Siapa menyangka di tahun 2020 kita dihadapkan pada pandemi corona. Dan saat pandemi, sektor seperti industri, chemical dan perbankan, masih tetap dapat bertahan meskipun turun tapi mereka rebound dengan cepat. Di krisis yang lain, mungkin sektor lain yang akan rebound dengan cepat. Diversifikasi itu bisa pada sektor yang berbeda, bisa juga pada saham lapis 1 dan saham lapis 2. Maksud saham lapis 1 adalah saham bluechip, liquid dan mudah diperjualbelikan. Saham lapis 2 adalah saham yang memiliki kapitalisasi antara 500 miliar – 1 triliun. Harga sahamnya cenderung fluktuatif, meski cukup liquid. Biasanya adalah saham-saham yang punya fundamental cukup baik dan akan berkembang. Sementara saham lapis 3 adalah saham yang berkapitalisasi kecil yang punya volatilitas tinggi. Biasanya jadi saham spekulan karena harganya mudah dipermainkan.

Yang keenam, cutloss.
Investasi saham itu ga selamanya indah ya seperti di dunia dongeng. Tapi ada kalanya kita salah memilih emiten. Dan harus berani untuk cutloss dan moveon. Cutloss artinya kita harus rela menjual saham dalam posisi rugi. Intinya daripada sahamnya dipegang terus, dan semakin rugi lebih baik kita cut saja. Siapa sih yang suka dengan cutloss? Tapi ini penting banget agar modal kita ga semakin tergerus. Kalau ternyata kita salah memilih saham, dan kita ga cutloss ya kita akan terjerumus lebih dalam lagi. Nyangkut lebih dalam lagi. Kalian harus punya batasan toleransi untuk cutloss. Tapi, kita juga tidak boleh terburu-buru cutloss. Kalau saham kita ini berpotensi punya masalah ya mendingan di cutloss. Tapi kalau sahamnya punya fundamental yang baik, jangan cutloss dulu. Sabar aja mungkin kita bisa averaging down.

Yang ketujuh, averaging up/down.
Averaging down artinya menambah kepemilikan saham ketika harganya sedang turun, kalau averaging up ya kebalikannya tapi ketika harga sedang naik. Teknik ini harus diterapkan dengan bijak. Harus diterapkan dengan pemikiran yang benar-benar matang ya. Kalian bisa menerapkannya pada saham-saham yang berfundamental baik saja. Kalau diterapkan pada saham yang berfundamental ga baik, ya mending cutloss aja daripada nantinya nyangkut lebih dalam.

Yang kedelapan, research.
Tadi kan sudah berbicara tentang tugas investor. Sebetulnya tugas investor itu apa sih? Jadi kalian harus lakukan banyak sekali riset. Banyak membaca laporan keuangan, banyak baca buku, banyak baca berita, dan menggunakan critical thinking kita sendiri. Apakah suatu perusahaan ini layak dibeli atau tidak. Apakah perusahaan ini sehat untuk dibeli? Bagaimana potensinya 10-20 tahun kedepan? Temen yang bernama Kiko tadi boro-boro tau perusahaannya baik atau tidak. Dia hanya mendengar apa kata influencer aja.

Background vector created by freepik – www.freepik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.