Kali ini saya akan bicara bagaimana kita keluar dari kemiskinan

Oke, berbicara soal kemiskinan memang persoalan yang sensitif. Karena Indonesia, menurut data statistik 2018 bulan Maret tercatat angka kemiskinan yaitu mencapai 9,82% . Sebetulnya ini angka yang tinggi-tinggi amat juga tidak.
Apa kriteria orang miskin?
Kriteria orang miskin itu artinya sandang, pangan, papan belum terpenuhi dengan cukup.
Itu adalah kriteria orang miskin tapi jumlah nya sudah di bawah 10% dan ini angka yang paling bagus setelah 1999.

Ya jadi sebetulnya banyak orang yang sudah punya pekerjaan, minimal punya sandang pangan dan papan. Atau kalau dengan jumlah penduduk Indonesia sekarang sekitar 25,6 juta. Jadi 25,6 juta penduduk yang sandang, pangan dan papannya belum terpenuhi. Nah bagi anda yang tidak tergolong ini, saya ucapkan selamat. Sandang pangan papan anda sudah terpenuhi tapi minimal hari ini saya bukan mau membahas bagaimana supaya anda itu semua dari yang kondisinya sudah cukup menjadi lebih baik lagi.

Saya mau membagikan beberapa fakta tentang kata miskin. Jadi miskin itu sebetulnya berbicara soal kondisi angka. Jadi ga ada kalau hari ini miskin terus selama lamanya miskin itu tidak ada. Termasuk pula tidak ada jaminan kalau hari ini kaya maka selama lamanya kaya. Tetapi saya mau berbagi fakta kepada anda bahwa miskin dan kaya itu cuma masalah angka. Ada angka yang anda sebut dengan kata cukup.

Jadi apakah anda dikatakan punya 1 miliar itu anda kaya? Sedangkan anda ga punya 1 miliar dikatakan miskin? Ya ga juga. Jadi kalau ada 1 angka yang menentukan kata bahwa anda tidak lagi miskin, maka saya hari ini BERANI (garis bawahi) bahwa sebetulnya miskin itu cuma angka.

Saya mau memberikan satu perumpamaan seperti ini, orang yang punya gaji 1 juta aja 1 bulan, tapi dia masih bisa menabung 100 ribu, itu menurut saya jauh lebih kaya dibandingkan dengan orang yang gajinya 10 juta 1 bulan tapi setiap bulan dia minus 1 juta. Artinya penghasilannya bocor , ga bisa nabung dan masih minus 1 juta. Menurut anda apakah orang ini tergolong siapa yang lebih kaya dan siapa yang lebih miskin?

Menurut saya orang yang gajinya 10 juta, lebih miskin dibandingkan orang yang gajinya 1 juta. Ko bisa? Ya itu tadi karena dia bisa menabung 100 ribu. Nah jadi kembali miskin dan kaya itu hanyalah angka. Kalau saya mau lebih dalam, masalah mindset. Jadi saya mau bahas masalah mindsetnya keluar dari kemiskinan. Bukan masalah anda hari ini tergolong di golongan 9,82% tadi.

Karena banyak orang yang mindsetnya betul meskipun gaji kecil, tapi dia bisa jauh lebih kaya raya dibandingkan orang yang gajinya besar. Saya juga pernah lihat seorang manager executive gajinya 30 juta tapi setiap bulan dia masih nunggak cicilan. OH MY GOD kan?
Coba anda pikirkan, 30 juta dan ada hutang cicilan . Bisa anda bayangkan ini apa masalahnya? Nah inilah problem yang hari ini mau saya garis bawahi.

Cara keluar yang pertama adalah Mulai sekarang anda harus punya tabungan. Jadi kesalahan anda yang pertama itu anda tidak punya tabungan. Harus punya tabungan. Inilah cara keluar dari kemiskinan. Tadi saya sudah kasih contoh, orang yang bisa nabung 100 ribu rupiah itu jauh lebih kaya dibandingkan dengan orang yang hari ini setiap bulan dia harus cari hutangan 1 juta untuk nutupi cicilannya. Kita lihat di lingkungan pekerjaan kita pekerjaan baik. Gaji pasti. Kemudian pekerjaannya layak. Katanya manager, tapi kenapa setiap bulan bayar tagihan kartu kredit aja pembayaran minimum / minimum payment. Dia ga bisa lunasi semua. Bahkan cenderung gesek tunai. Bagi anda yang tau istilah kartu kredit gesek tunai. Untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tapi katanya keren, tapi tabungan ga punya. Bahkan lucunya cicilannya banyak. Beli semua cicil. Cicilan yang satu belum lunas udah cicil lagi yang lain. Hp cicil, motor cicil, tapi itu belum lunas sudah cicil lagi yang baru. Jadi yang anda beli itu bukan kebutuhan, tapi yang anda beli itu adalah keinginan. Kebutuhan dan keinginan itu beda. Anda butuh sandang, pangan, papan oke itu kebutuhan. Kalau itu sudah cukup, selesai. Maka anda pasti bisa nabung. Dengan gaji itu anda pasti bisa nabung.

Loh yah pantes gaji 1 juta hidup sendiri makanya bisa nabung. Kalau gaji 10 juta anak 2 ya mana bisa? Tidak ada pernah kata cukup. Kita lihat kenapa tidak ada pernah kata cukup? Karena yang anda kejar itu adalah keinginan. Kalau kita bicara keinginan ya manusia itu keinginannya banyak. Sudah punya hp 1 maunya 2 maunya 3. Sudah punya motor 1 maunya 5. Itu keinginannya banyak, tapi yang basic yang butuh itu anda penuhi. Ketika anda sudah untuk butuhnya maka anda pasti bisa menyisihkan.
Karena sekali lagi ingat tidak akan pernah ada kata cukup. Tidak pernah ada kata cukup ketika anda mengejar keinginan. Tapi kalau anda mengejar kebutuhan pasti ada kata cukup. Loh berarti membenarkan orang yang gajinya 1 juta dong? Bukan membenarkan 30 juta? Saya membenarkan mereka yang gajinya 1 juta tapi bisa menabung daripada yang 30 juta tapi tidak bisa menabung.

Karena itu masalah disiplin dan saya percaya orang yang gajinya 1 juta ini keinginannya tidak banyak. Tapi dia penuhi kebutuhannya. Sedangkan yang 30 juta keinginannya tidak pernah habis. Terus punya keinginan. Sehingga akhirnya dirumah ada barang-barang yang tidak perlu. Hp yang tidak perlu, baju beli terus tapi tidak dipakai, dan problem orang-orang yang berada di nomer 2 ini adalah kenapa kok tidak bisa menabung? Itu karena selalu hidup dari apa kata orang lain.

Waduh tetangga saya beli hp ini, temen grup wa saya beli hp ini, saya kalau ga ganti yang sama ga bisa pokoknya! Padahal yang baru beli kemarin ini MASIH BAGUS BANGET !!
Loh itu yang untung samsungnya bukan kamu. Kamu yang rugi. Padahal hp sebelumnya aja masih nyicil, belum lunas udah mau beli lagi Iphone 12. Tapi gara-gara ingin dengar kata teman, dan itu akhirnya memenuhi ekspektasi teman. Padahal ketika kamu membeli hp tersebut, nanti akan berulang dan berulang kemudian tidak akan pernah habis.

Nah itulah ini sebabnya masalah mindset. Kalau saya, saya lebih memilih untuk tidak bergaul , kenapa? karena ini hidup saya, ini gaji saya, ketika semua cicilan dan stress terjadi maka menjadi beban bagi hidup anda. Yang menjadi problem adalah ketika anda keluar dari garis ini, yang menanggung beban adalah keluarga anda. Teman anda sih ga pusing. Ingat ya, ini satu problem yang harus kita atasi.

Poin yang kedua yaitu catat pengeluaran. Manusia ini malas mencatat. Karena dianggap sepele. Ah uang parkir seribu dua ribu aja dicatet. Saya dulu uang parkir pun saya catat. Uang beli pulsa pun saya catat. Karena apa, dengan saya mendisiplinkan mencatat uang saya ini cost nya lari kemana, saya tau uang saya larinya kemana. Bahkan saya makan diluar dicatat. Kebanyakan orang itu menyepelekan mencatat pengeluaran. Kenapa? Karena dikira ini uang cuma berapa sih gaji saya kan besar. Makan nasi pecel sekali paling cuma sekian. Anda menyepelekan hal yang kecil.

Ingat 1 hari makan 3x, itu kalau makanan yang pokok. Coba kalau anda nonton sama teman, pasti nambah lagi jajannya. Dan 1 bulan itu 30 hari, 30 hari kali 3 itu sama dengan 90. Dan akhirnya berapapun uang yang ada di dompet itu habis. Salah satu problemnya adalah anda menyepelekan masalah mencatat pengeluaran. Catat setiap hari itu uang anda lari kemana. Ketika anda tau anda punya catatan, Senin saya keluar uang sekian, Selasa saya keluar uang sekian, Rabu saya keluar uang sekian, dst. Wah wah wah ini saya harus rem nih yang ini (misal jajan seblak) karena pengeluarannya sudah mulai sering dan banyak. Nah itu anda mendisiplinkan.

Cara yang ketiga yaitu pahami cara kerja uang. Sekali lagi saya sudah katakan, kaya dan miskin itu cuma masalah angka dan masalah rasa. Angka dan rasa kenapa? Ada orang merasa miskin padahal dia kaya. Dia ga punya tanggungan apa-apa. Hutang juga ga ada. rumah ada, mobil ada, tapi masih merasa miskin. Jadi saya bilang miskin itu cuma ada di angka dan rasa.

Loh saya merasa miskin, temen saya noh mobilnya keren. Kalau ga punya mercedes benz, ga punya fortuner saya ga diterima di kalangan. Ga punya lamborgini saya ga di cap kaya. Padahal mobilnya sudah pantas. Dan dia masih merasa miskin padahal dia kaya. Akhirnya dia beli mobil baru yang mewah dengan cicilan, kemudian 2 tahun kemudian dia jual mobilnya harganya sudah turun separuh. Dan ini terjadi di semua kalangan. Akhirnya miskin lagi deh.

Ada juga orang miskin tapi merasa kaya. Nah ini juga repot ya. Jadi ini masalahnya sudah bener-bener miskin . Kondisi sudah minus tapi masih merasa kaya. Yang kaya merasa miskin, yang miskin merasa kaya. Jadi kaya dan miskin ini selain soal angka juga soal rasa. Jadi ketika rasa ini anda sudah hilang, anda merasa rasa tersebut sudah hilang, percayalah definisi anda keluar dari kemiskinan ini akan hilang.

Saya ambil contoh, misal ketika hari ini anda merasa diri anda itu kaya padahal anda ini kondisinya sudah minus. Cicilan belum lunas, kemudian rumah juga masih nyicil, mobil masih nyicil tapi merasa kaya terus. Makan di restoran terus. Itu menurut saya ga perlu aduh ampun deh karena kondisi anda masih minus. Tapi anda masih merasa kaya. Yang penting jaman sekarang ada instagram jadi harus update makan di restoran terus dong. Wah dikomenin sama teman-temannya. Wah keren. Itu kan restoran mahal.

Nah itu, ketika manusia kena masalah rasa, merasa, ini menjadi problem. Dan akhirnya anda sulit keluar dari kemiskinan. Kenapa? ya karena besar pasak daripada tiang. Semuanya cicilan hutang dll belum beres, anda tambahi beban baru.

Itu ya, semoga nasihat-nasihat ini bisa membuat anda paham cara mengatur kehidupan kita sendiri selama kita masih hidup.

Background photo created by freepik – www.freepik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.