Pada artikel kali ini saya akan membahas 2 instrumen investasi yaitu deposito dan reksadana pasar uang. Jadi kalau saya pribadi sih sekarang itu cuma ada deposito dan saham sih instrumen investasinya. Cuma reksadana pasar uang ini juga sebenernya bagus nih apalagi untuk kalangan milenial. Nah penasaran kan bedanya apa? yuk langsung aja di bahas.

Kalau reksadana pasar uang, itu kita bisa mulai dengan nominal yang lebih kecil yaitu hanya 100 ribu rupiah. Sedangkan deposito itu start nya dari 8 jutaan. Cuma sekarang sudah ada yang online juga dan start nya dari 1 juta rupiah. Jadi bagi yang mau nyicil nih untuk nabung itu bisa di reksadana ya.

Kemudian poin selanjutnya yaitu di tenor. Kalau deposito itu kan tenornya ada 1, 3, 6, dan 12 dan 24 bulan. Nah kalau misalnya kalian ambil jangka waktu 3 bulan tapi pas bulan ke 2 kalian butuh uang, mau dicairkan depositonya atau kita bilang di break ya, nah itu kalian bisa dikenakan pinalty. Rata-rata pinalty nya itu 2%. Nah jadi ada resiko juga kalau misalkan kalian butuh uangnya dalam waktu dekat tapi udah keburu placement nya di tenor yang lebih panjang. Sementara di reksadana pasar uang, itu ga ada jangka waktunya. Kalian taruh hari ini, kemudian dicairkan 2 minggu kemudian itu bisa. Gampang dan tidak ada pinalty. Jadi kita beli reksadana pasar uang itu hanya bayar fee jual dan belinya saja. Dan itupun sudah termasuk dalam NAB nya. Jadi lebih fleksibel, kalau reksadana pasar uang.

Kita lanjut ke poin ke 3 yaitu return nya. Jadi dari return nya, deposito dengan reksadana pasar uang itu sebenernya mirip-mirip. Cuma kebanyakan itu reksadana pasar uang itu lebih tinggi returnnya dibandingkan deposito. Kenapa? Karena kalau deposito kita mau dapat nominal return yang lebih gede itu biasanya nominalnya juga harus lebih gede lagi. Tapi kalau reksadana, kita start nya minimal 100 ribu, atau 10 juta atau 100 juta itu return nya sama-sama aja. Kenapa? karena mereka itu dikelola oleh manager investasi. Jadi kalau manager investasi kan kalau sekali taruh dana kan gede ya di bank. Dan ini berhubungan dengan poin ke 4.

Point ke 4 yaitu Instrumen yang dipakai dalam masing-masing antara deposito dengan reksadana pasar uang. Kalau deposito, kita taruh uang di bank yaudah mereka salurin, kita ga tau mereka salurin kemana loan nya apakah UMKM, korporasi atau yang lainnya. Tapi yang jelas kita tahu nih kalau misalkan sudah jatuh tempo yaudah kita dapat berapa returnnya, sudah jelas. Nah kalau reksadana pasar uang, mereka tempat bank instrumennya itu di deposito, surat berharga, sama di obligasi yang jatuh temponya kurang dari setahun. Nah makanya returnnya tadi yang di poin 3 itu rata-rata lebih gede daripada deposito.

Nah kalau kita melihat dari nomor 1-4 kayanya semuanya keunggulan ada pada reksadana pasar uang ya, kalau memang semuanya lebih unggul di reksadana pasar uang, kenapa orang masih ada yang taruh di deposito?
Pusing kan? Mari kita lanjutkan ke nomor 5-6.

Pada point ke 5 , dari sisi keamanan atau jaminan. Kalau di reksadana pasar uang, itu ga ada yang jamin dalam artian misalkan amit-amit reksadananya bangkrut, nah itu tidak ada yang jamin. Tapi kalau di bank beda. Bank itu amit-amit misalkan krisis, terus bank nya collaps, itu ada yang menjamin. Namanya LPS (lembaga penjamin simpanan). Jadi itu yang dijamin adalah senilai 2 miliar. Kalau misalkan bank nya collaps, jangan takut. Kita masih dijamin oleh LPS, pasti diganti gitu. Nah sementara di reksadana, tidak ada yang menjamin seperti itu, tapi resikonya kecil lah ya karena mereka juga taruh di instrumen yang low risk semua sih. Jadi resikonya paling misalkan ada obligasi yang gagal bayar gitu jadi return nya lebih kecil. Jadi gitu ya, kalau secara keamanan jelas lebih aman deposito.

Terus lanjut ke point ke 6, Kalau misalnya deposito itu dapatnya fix income setiap bulan. Sementara kalau di reksadana pasar uang, walaupun dia cenderung naik, tapi tetap ada fluktuasinya nih, jadi kalau orang yang mau aman-aman aja nih, gamau mikirin pusing-pusing, yang penting kita udah tau setiap bulannya kita dapet berapa, mereka rata-rata taruh di deposito.

Dulu ketika saya jadi marketing nya privilage, orang itu banyak banget taruh di deposito. Misalkan contoh mereka ada dana 10 miliar. Mereka itu pasti rata-rata 60% nya di deposito. Sisanya baru masuk ke insurance, reksadana saham, pasar uang dll. Karena mereka cari yang paling aman aja. Kalau misalkan duitnya udah gede nih ya, misalkan di atas 2 miliar. Mereka itu cari yang penting pokoknya itu tetap utuh nih, sisanya baru buat investasi yang lain untuk menggandakan uangnya lagi.

Jadi itu tergantung masing-masing orang sih ya, ada yang misalkan dia ga takut dengan resiko yang tinggi ya dia sekalian taruh duitnya di saham bukan di reksadana lagi.
Jadi menurut saya inilah perbedaan diantara deposito dan reksadana pasar uang. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Kalau saya pribadi kenapa mending pilih deposito dibandingkan reksadana pasar uang, karena saya juga ada instrumen lainnya yaitu saham. Kalau reksadana pasar uang itu ibaratnya di tengah-tengah gitu. Jadi daripada saya yang nanggung-nanggung ya mending sekalian aman dan sekallian beresiko gitu hahaha.

Tapi ga sedikit juga loh ya yang menaruh uangnya di reksadana pasar uang. Kelebihannya yaitu ya tadi, lebih fleksibel, returnnya lebih gede dibandingkan deposito, nah itu adalah pilihan setiap orang masing-masing. Jadi kalian bisa memilih nih, lebih cocoknya di deposito atau reksadana pasar uang ya.

Background photo created by freepik – www.freepik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.